Apa yang dimaksud dengan salamander raksasa China?
Salamander raksasa sebelumnya pernah ditemukan di sejumlah tempat di China bagian tengah, timur dan selatan.
Penangkapan berlebihan meningkat dalam beberapa dekade terakhir, untuk memasok pasar makanan hewan yang dianggap eksotis di China.
Industri peternakan skala besar yang telah dikembangkan, dipandang dapat mengancam populasi di alam karena perburuan dan penyebaran penyakit menular.
Para peneliti menggunakan spesimen museum untuk mengkaji sejarah genetika salamander raksasa China, kelompok yang sangat kuno sehingga binatang ini dipandang sebagai "fosil hidup".
Pemikiran bahwa salamander raksasa China Selatan sebagai spesies tersendiri pertama kali diusulkan pada tahun 1920-an, tetapi kemudian tidak ditindaklanjuti karena binatang tidak biasa ini dipelihara di Kebun Binatangan London.
Tim kemudian menggunakan binatang sama, yang sekarang diawetkan sebagai sebuah spesimen di Natural History Museum, untuk mengetahui sifat-sifat khas spesies baru.
Penelitian ini diterbitkan di jurnal Ecology and Evolution .
Salamander raksasa China. (Foto: Yang Chuan Dong via EDG of Existence)
SALAMANDER raksasa yang hidup di China merupakan hewan amfibi terbesar di dunia yang masih hidup. Panjang tubuhnya sampai 2 meter. Salamander termasuk hewan purba yang pernah hidup bersama dinosaurus pada zaman Jura.
Keberadaan salamander kini terancam punah karena banyak diburu untuk dimakan, sehingga wajib diberi perlindungan dan konservasi.
Salamander ada beberapa jenis, tapi yang paling besar adalah salamander raksasa dari China.
Salamander memiliki tubuh yang ramping, ekor yang panjang, dan kulitnya yang lembab serta halus. Mereka tersebar di berbagai wilayah termasuk Amerika Utara, Eropa, Asia, dan Amerika Tengah, dengan spesies yang berbeda dan berbagai habitat, seperti hutan, kolam, sungai, dan gua.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut 7 fakta Salamander raksasa.
1. Amfibi kelompok Urodela
Salamander merupakan anggota dari ordo Caudata yang memiliki 3 jenis spesies yaitu Chinese Salamander, Japanese Salamander, dan Hellbender dari Amerika.
Amfibi urodela ini juga memiliki bobot tubuh cukup besar seberat 60 kg yang masih hidup hingga saat ini. Faktanya, terdapat sekitar 600 spesies salamander yang berbeda, yang tersebar di seluruh dunia seperti salamander merah, salamander berpunggung belang, dan axolotl dengan kemampuan bertahan hidup dalam bentuk larva.
2. Proses reproduksi
Salamander memiliki berbagai cara untuk berkembang biak, termasuk dengan bertelur dan melahirkan. Hewan raksasa ini akan menaruh telur-telur di dalam air, lalu melahirkan anak-anak salamander yang telah berkembang dalam tubuh induknya.
3. Bernafas melalui kulit
Spesies amfibi ini menggunakan kulitnya untuk pertukaran gas dan menghirup oksigen, karena mereka memiliki jenis kulit yang lembab, sehingga Salamander dapat bernapas selain menggunakan paru-paru mereka.
Faktanya, mereka juga tidak memiliki insang walaupun hidup di perairan, meskipun ada juga spesies salamander lainnya yang hidup di darat.
4. Kemampuan regenerasi
Memiliki panjang tubuh sekitar 1,8 meter, hewan berekor ini mampu bertahan hidup dan memperbaiki anggota tubuh yang hilang, termasuk kaki, ekor, bahkan sebagian organ dalam. Karena itu, kemampuan salamander ini dijadikan juga sebagai subjek penelitian intensif.
Salamander dapat ditemukan di hutan, rawa, dan sungai-sungai dengan air yang bersih. Selain itu, terdapat juga beberapa spesies salamander yang hidup di darat, maupun hidup di dalam air.
Namun, spesies ini terancam punah karena hilangnya ekosistem asli mereka akibat ulah manusia yaitu perburuan liar, terjadinya polusi air, dan penyebaran penyakit seperti chytridiomycosis.
6. Peka terhadap lingkungan
Salamander merupakan karnivora, di mana mengkonsumsi serangga, cacing, invertebrata kecil, dan lainnya sebagai sumber makanannya.
Mereka berperan penting dalam ekosistem baik sebagai pemangsa maupun mangsa, bahkan sebagai tolak ukur kesehatan lingkungan karena mereka peka terhadap perubahan lingkungan. Sehingga, membuatnya berguna untuk mempelajari dampak polusi dan degradasi habitat.
7. Hewan mimikri dan mengalami metamorfosis
Selain memiliki suara seperti bayi menangis, Salamander juga mengalami fase metamorfosis atau proses perkembangan biologis yang melibatkan perubahan bentuk dan struktur tubuh organisme selama siklus hidupnya.
Diketahui, mereka akan berubah bentuk mirip dengan katak dan kodok. Selain itu, mereka juga hewan mimikri, di mana mereka dapat menirukan ular berbisa untuk menghalangi predator.
Beberapa waktu lalu, sosial media dihebohkan dengan munculnya seekor hewan berkaki pendek dengan kulit licin yang muncul di depan sebuah rumah di Jepang. Banyak warganet yang penasaran spesies apakah itu karena tubuhnya yang besar dan terlihat cukup asing bagi manusia.
Bahkan, beberapa orang juga ada yang mengira makhluk tersebut adalah salah satu jenis ikan lele. Namun sebenarnya, binatang tersebut adalah Japanese Giant Salamander yang merupakan salah satu jenis amfibi atau hewan yang dapat hidup di darat maupun air.
Salamander Jepang bisa dibilang memiliki hubungan saudara dengan 2 Giant Salamander lainnya yaitu Chinese Salamander dan Hellbender yang berasal dari Amerika. Mereka memiliki kemiripan dalam bentuk tubuh, habitat dan juga cara mencari mangsa.
Ketiga Salamander ini juga dikenal sebagai amfibi terbesar di dunia. Ingin tahu fakta mengenai trio Giant Salamander ini? Scroll down, yuk!
Mereka yang menyaksikan dinosaurus datang dan pergi
Salamander disebut-sebut sebagai "fosil hidup" karena mereka sudah ada sejak zaman purba. Dilansir dari laman resmi Kebun Binatang Sandiego Amerika, 3 spesies salamander raksasa ini diperkirakan sudah hidup sejak zaman Jurassic atau sekitar 170 juta tahun yang lalu. Wah, seangkatan sama dinosaurus, nih!
Amfibi terbesar dunia, salamander raksasa di China Selatan sepanjang hampir dua meter 'ditemukan'
Sumber gambar, BEN TAPLEY/ZSL
Amfibi yang disebutkan sebagai salamander terbesar dengan ukuran sekitar dua meter ditemukan, spesies yang terancam punah karena banyak ditangkap untuk disantap, demikian hasil penelitian DNA dari spesimen museum.
Salamander raksasa atau sejenis kadal di China Selatan sepanjang hampir dua meter ini terancam punah dan para ilmuwan menyebutkan perlu dilakukan upaya konservasi.
Penangkapan binatang untuk disantap sebagai sajian hewan eksotis membuat sejumlah spesies berkurang jumlahnya di China.
Sebelumnya salamander ini dianggap sebagai satu spesies, tetapi analisa spesimen mati dan masih hidup menunjukkan terdapat tiga spesies di sejumlah daerah di China.
Salamander China Selatan adalah yang terbesar dari ketiganya. Para peneliti memperkirakan hewan ini adalah amfibi terbesar yang masih hidup saat ini.
Profesor Samuel Turvey dari Zoological Society of London (ZSL) mengatakan penurunan jumlah di alam sebagai sebuah "bencana".
Sumber gambar, HARRY TAYLOR / NHM IMAGE RESOURCES
"Kami berharap pemahaman terbaru tentang keragaman spesies ini dapat mendukung keberhasilan konservasi, tetapi langkah darurat diperlukan untuk melindungi populasi salamander raksasa yang kemungkinan masih ada," katanya.
Peneliti lainnya, Melissa Marr, dari Natural History Museum London mengatakan sejumlah langkah harus ada untuk mempertahankan susunan gen dari masing-masing spesies yang berbeda.
"Berbagai spesies ini ditemukan dan perlu segera dilakukan tindakan untuk menyelamatkan salamander raksasa China di alam," katanya.
Mereka bernafas dengan menggunakan kulit
Salah satu penyebab yang membuat trio Salamander raksasa ini sangat berkurang populasinya adalah karena habitatnya yang sudah terkontaminasi. Hampir semua jenis amfibi, termasuk ketiga Giant Salamander, bernapas dengan menggunakan kulit mereka.
Oleh karena itulah mereka butuh air yang sangat bersih dan mengandung banyak oksigen untuk tetap dapat hidup. Selain itu, mereka juga membutuhkan batu besar untuk dijadikan rumah dan menjaga telurnya.
Peta persebaran, habitat, dan makanan
Sesuai dengan namanya, salamander raksasa china hanya ditemukan di Negeri Tirai Bambu. Amfibi ini secara khusus berada di daerah tengah, barat daya, dan selatan dari China dengan persebaran utama di Sichuan, Jiangsu, Qinghai Guangdong, dan Guangxi. Untuk pilihan habitatnya, Animalia menyebut kalau hewan ini suka berada di aliran sungai berbatu atau danau dengan air yang jernih.
Di habitat alaminya, salamander raksasa china akan lebih banyak bersembunyi di celah batu ataupun lumpur yang gelap. Ketinggian yang dipilih mereka sekitar 100—1.500 meter di atas permukaan laut. Biarpun begitu, ada beberapa individu yang tinggal hingga ketinggian 4.200 meter di sekitar Dataran Tinggi Tibet.
Oh, ya, mereka juga jadi amfibi yang sepenuhnya hidup di air yang relatif dangkal, yakni sekitar 1,07 meter dengan lebar 6,3 meter saja. Salamander ini perlu untuk berada di air yang jernih karena mereka bernapas melalui kulit dengan menyerap oksigen yang ada di air. Mereka akan nyaman hidup pada air dengan suhu 3—25 derajat celsius.
Salamander raksasa china tergolong sebagai karnivor. Di habitat alaminya, mereka bisa memakan berbagai jenis amfibi, ikan, krustasea, serangga, hingga mamalia kecil, seperti tikus air asia. Ketika ada kesempatan, salamander ini juga melakukan kanibalisme terhadap sesamanya. Malam hari jadi waktu pilihan dari salamander raksasa china untuk mencari makan di sekitar rumahnya.
Salamander jantan merupakan ayah yang bertanggung jawab
Pada musim kawin yang terjadi ketika suhu air sekitar 20 derajat celcius atau pada bulan Juli hingga September, Salamander yang biasa hidup soliter ini mulai mencari pasangan. Menurut sandiegozoo.org, Giant Salamander mulai memasuki masa dewasa pada usia ke-5 atau 6 tahun ketika ukuran tubuh mereka mencapai 50 cm.
Pada musim semi, si betina akan menelurkan 400 hingga 500 butir yang umumnya disimpan di bawah batu besar. Setelah itu, Salamander betina pergi dan sang jantan lah yang menjaga telur mereka sampai usia 45 - 60 hari atau ketika bayi mereka sudah keluar dari telur. Sebulan setelah menetas, anak-anak tersebut mulai bisa mencari makan sendiri dan Salamander jantan pun pergi meninggalkan mereka.
Nah, itulah 8 fakta Salamander China, Hellbender dan Salamander Jepang yang merupakan spesies amfibi terbesar di dunia. Kamu sudah pernah melihat mereka belum nih?
Baca Juga: 5 Tips Memelihara Axolotl, Salamander Air yang Imut dan Menggemaskan
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Di 2020, media sosial pernah dihebohkan oleh kemunculan seekor hewan berkaki pendek dengan kulit licin di depan rumah seorang warga di Jepang. Netizen banyak yang penasaran spesies apakah itu karena bentuk tubuh dan ukurannya cukup asing bagi manusia.
Beberapa orang ada yang mengira makhluk tersebut adalah salah satu jenis lele. Sebenarnya, hewan tersebut adalah Japanese giant salamander (Andrias japonicus) alias salamander raksasa Jepang, salah satu jenis amfibi atau hewan yang dapat hidup di darat maupun air yang terlihat seperti persilangan antara katak dan kadal.
Salamander Jepang bisa dibilang memiliki hubungan saudara dengan dua jenis hewan raksasa giant salamander lainnya yaitu Chinese salamander (Andrias davidianus) yang berasal dari China, dan Hellbender salamander (Cryptobranchus alleganiensis) yang berasal dari Amerika. Mereka memiliki kemiripan dalam bentuk tubuh, habitat dan juga cara mencari mangsa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wujud salamander raksasa tampak seperti hewan prasejarah karena amfibi ini boleh dibilang adalah fosil hidup peninggalan dari masa lalu. Ketiga spesies salamander raksasa ini diperkirakan sudah hidup sejak zaman Jurassic atau sekitar 170 juta tahun lalu, masih satu angkatan dengan dinosaurus. Sebagian besar bentuk tubuhnya pun tidak berubah.
Menyandang sebutan raksasa, hewan ini berukuran jauh lebih besar dibandingkan salamander biasa. Salamander raksasa merupakan amfibi terbesar di dunia saat ini. Dikutip dari ZME Science, Rabu (21/6/2023) Chinese giant salamander dapat tumbuh hingga mencapai ukuran maksimal sekitar 1,8 meter, sedangkan Japanese giant salamander sedikit lebih kecil yaitu 1,5 meter dengan berat mencapai 23 kg. Hellbender merupakan yang paling kecil di antara trio salamander raksasa ini dengan ukuran maksimal hanya mencapai 70 cm.
Ciri hewan ini antara lain memiliki tubuh dan kepala gepeng, bermata kecil, dan berkulit licin. Meski mirip, ketiga jenis ini memiliki perbedaan dalam warna tubuh. Japanese giant salamander memiliki warna paling gelap dibandingkan yang lainnya yaitu hitam. Chinese salamander berwarna abu-abu kecoklatan, sedangkan Hellbender memiliki tubuh berwarna cokelat kemerahan.
Meski tak diketahui berapa jumlah pasti salamander raksasa yang masih hidup di alam hingga saat ini, ketiganya masuk daftar The International Union for Conservation of Nature's (IUCN) Red List dengan status near threatened atau hewan terancam punah.
Spesies ini terancam punah karena hilangnya habitat, polusi, dan perburuan, terutama di China. Dalam pengobatan tradisional China, daging hewan ini dianggap lezat dan berkhasiat sehingga terus diburu untuk dikonsumsi.
Kalau bicara soal keluarga salamander, biasanya kita langsung terpikirkan hewan amfibi berkulit lembap yang menyerupai reptil dengan ukuran tak lebih dari 30 cm. Padahal, ada banyak jenis salamander yang bisa mencapai ukuran tubuh yang sangat impresif, lho, salah satunya salamander raksasa china (Andrias davidianus). Pernahkah kamu mendengarnya?
Bentuk tubuh amfibi ini pastinya bukan favorit semua orang. Tubuh dan kepalanya berwarna cokelat tua dan cenderung pipih dengan tekstur licin khas salamander. Sementara, kaki-kakinya cenderung pendek, matanya bulat dan kecil, serta adanya sirip sepanjang tubuh hingga ujung ekornya. Nah, bagian ekor juga jadi ciri yang menarik dari salamander raksasa china. Pasalnya, ekor ini sangat padat, besar, dan panjang sehingga mengambil proporsi sekitar 59 persen dari keseluruhan panjang tubuhnya.
Tak hanya tubuhnya yang punya bentuk unik, salamander raksasa china juga menyimpan sejumlah fakta lain yang tak kalah menarik. Penasaran dan ingin kenal lebih dekat dengan amfibi terbesar di dunia ini? Yuk, cari tahu jawaban lengkapnya pada ulasan di bawah ini!
Ketiganya memiliki warna tubuh yang berbeda
Jika biasanya Salamander memiliki 4 kaki yang menopangnya untuk berjalan, lain halnya dengan Giant Salamander yang memiliki kaki yang pendek dan gemuk. Tubuh dan kepala mereka gepeng dengan mata yang kecil dan kulit yang licin. Meski sangat mirip, namun ternyata ketiga jenis ini memiliki perbedaan dalam warna tubuh.
Hellbender memiliki tubuh berwarna cokelat kemerahan, Chinese Giant Salamander berwarna abu-abu kecokelatan, sedangkan Salamander Jepang memiliki warna yang lebih gelap dibanding lainnya yaitu hitam.
Kemampuan pengelihatan mereka tak cukup baik untuk berburu
Meski bisa hidup di darat, namun Giant Salamander lebih banyak menghabiskan hidupnya di dalam air. Dilansir stlzoo.org, mereka biasanya tidak berenang, namun berjalan di dasar sungai. Mereka juga memiliki kemampuan berkamuflase yang baik sehingga bisa menghindari predator alami dengan mudah.
Menurut sandiegozoo.org, mata mereka yang kecil tidak bisa membantunya untuk melihat. Mereka mendeteksi mangsa yang ada di sekitarnya dengan merasakan getaran yang ada di dalam air.
Ketika sudah merasakan ada mangsa di sekitarnya, mereka hanya akan membuka mulutnya dan menunggu sang mangsa untuk masuk. Giant Salamander merupakan hewan nokturnal yang lebih aktif di dalam hari.
Amfibi terbesar di dunia
Tak hanya jadi jenis salamander terbesar di dunia, ternyata salamander raksasa china juga jadi jenis amfibi paling besar yang bisa kita temui saat ini. Panjang rata-rata dari salamander ini saja sudah cukup impresif, yakni sekitar 1 meter ditambah dengan bobot sekitar 11 kg. Akan tetapi, itu bukan ukuran maksimal yang bisa diraih oleh salamander raksasa china.
Terdapat beberapa individu, khususnya di penangkaran, yang dapat tumbuh hampir dua kali lipat dari ukuran rata-rata tersebut. Mengutip Animal Diversity, panjang maksimal itu adalah 1,8 meter dan bobot 50 kg lebih. Individu paling besar yang pernah direkam berada di penangkaran Zhangjiajie pada 2015 silam. Diketahui ia memiliki panjang 1,8 meter dan bobot 59 kg sehingga menjadikannya salamander raksasa china terbesar yang ada di dunia.
Baca Juga: 5 Fakta Terunik Kungkang, Ada Bahaya Mematikan di Balik Pesonanya!
Sayangnya, mereka sudah terancam punah
Meski tak diketahui berapa jumlah pasti Salamander raksasa yang masih hidup di alam hingga saat ini, namun ketiganya termasuk dalam hewan langka. Dilansir dari National Geographic, The International Union for Conservation of Nature's (IUCN) Red List sudah menetapkan bahwa Hellbender dan Salamander Jepang berstatus near threatened atau terancam punah.
Sedangkan Salamender China diberikan status critically endangered atau dikategorikan dalam kondisi yang sangat kritis di alam. Konservasi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar (CITES), juga menetapkan status Appendix I yang membuat tiga spesies Giant Salamander ini tidak diperbolehkan untuk dibawa ke luar negeri.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Baca Juga: Mengenal Salamander, Hewan Amfibi yang Mirip Kadal