Apa saja pilihan pengobatan untuk intermittent explosive disorder?
Tidak pengobatan khusus untuk gangguan emosi ini. Biasanya, dokter akan merekomendasikan perawatan berikut agar pasien dapat mengelola gejalanya dengan lebih baik.
Terapi ini berfokus untuk membangun keterampilan pasien dalam menghadapi dan mencegah kemunculan gejala, serta mengetahui situasi atau perilaku mana yang memicu respons agresif. Jenis psikoterapi yang umum digunakan yaitu terapi perilaku kognitif.
Berbagai jenis obat dapat membantu pengobatan gangguan eksplosif intermiten. Pengobatan mungkin mencakup konsumsi antidepresan tertentu, seperti inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) khusus penstabil suasana hati, antikonvulsan, atau obat lain jika diperlukan.
Penyebab intermittent explosive disorder
Gangguan eksplosif intermiten dapat dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya setelah usia enam tahun atau saat remaja. Meski begitu, gangguan emosi ini paling sering terjadi pada orang dewasa muda.
Penyebabnya tidak diketahui secara pasti, tapi ada kemungkinan kondisi ini dilatarbelakangi oleh sejumlah faktor lingkungan dan biologis sebagai berikut ini.
Amarah yang berlebihan hingga membuat seseorang membanting barang atau melakukan kekerasan bisa berdampak buruk. Bahkan, kecenderungan ini ternyata bisa menjadi tanda masalah kesehatan yang disebut intermittent explosive disorder.
Seperti apa gangguan emosi ini? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Diagnosis dan pengobatan intermittent explosive disorder
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.
Dokter akan meminta pasien untuk menjalani berbagai tes kesehatan sebelum menegakkan diagnosis penyakit. Beberapa pemeriksaan yang biasanya dilakukan yakni sebagai berikut.
Apa itu intermittent explosive disorder?
Intermittent explosive disorder adalah episode impulsif, agresif, serta perilaku kekerasan yang terjadi secara berulang atau tiba-tiba. Kondisi ini bisa juga diartikan sebagai ledakan kemarahan secara verbal pada situasi yang tidak seharusnya.
Orang dengan gangguan eksplosif intermiten bisa saja melempar atau menghancurkan benda, serta mungkin juga melakukan kekerasan di dalam rumah tangga (KDRT).
Emosi yang terlalu berlebihan ini dapat menyebabkan pengidapnya kesulitan dalam menjaga hubungan dengan keluarga, pasangan, maupun orang di sekitarnya.
Buruknya lagi, intermittent explosive disorder bisa berdampak negatif pada sekolah, pekerjaan, dan bahkan berujung dengan tindakan pindana.
Gangguan mental ini bisa berlanjut selama bertahun-tahun, meskipun tingkat keparahan ledakan kemarahannya dapat menurun seiring bertambahnya usia.
Seberapa umumkah kondisi ini?
Siapa saja bisa mengalami intermittent explosive disorder, tidak memandang usia maupun jenis kelamin. Namun, orang dengan trauma psikologis sangat mungkin mengalaminya.
Berdasarkan situs Cleveland Clinic, diperkirakan antara satu sampai tujuh persen individu akan mengalami gangguan emosi ini setidaknya satu kali dalam hidupnya.
Mengenal BPD dan Gejala Lainnya
Gangguan ini bisa menyebabkan pengidapnya mengalami penurunan kualitas hidup, Salah satunya dalam menjalin hubungan dalam keluarga, teman, dan lingkungan pekerjaan. Gangguan ini umumnya muncul pada periode menjelas usia dewasa. Dengan penanganan berupa psikoterapi dan pemberian obat, borderline personality disorder dapat diatasi seiring dengan bertambahnya usia.
Gejala gangguan kepribadian ini biasanya muncul pada usia remaja menjelang dewasa dan dapat bertahan hingga usia dewasa. Gejala yang muncul dapat berupa gejala yang ringan hingga berat. Gejala tersebut dapat digolongkan menjadi empat bagian, yaitui:
Namun, tidak semua pengidap BPD mengalami seluruh gejala tersebut. Sebagian hanya mengalami beberapa gejala. Tingkat keparahan, frekuensi, serta durasi terjadinya gejala bisa berbeda-beda pada setiap pengidap yang tergantung pada kondisi gangguan yang dialami.
Baca juga: Borderline Personality Disorder Bisa Sebabkan Mood Naik Turun
Sementara itu, penyebab pasti borderline personality disorder belum dapat diketahui dengan jelas. Beberapa faktor yang diduga dapat memicu terjadinya kondisi ini adalah:
Faktor-faktor di atas dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami BPD. Namun, bukan berarti seseorang pasti akan mengalami gangguan kepribadian BPD jika memiliki faktor risiko tersebut. BPD juga tidak mustahil dialami oleh seseorang yang tidak memiliki satu pun dari faktor risiko di atas.
Di samping itu, jika tidak mendapatkan pengobatan yang sesuai, pengidap borderline personality disorder (BPD) berisiko mengganggu berbagai aspek dalam kehidupan pengidap. Gangguan BPD bisa menyebabkan pengidapnya kesulitan dan mengalami hubungan sarat konflik, sehingga mengakibatkan stress, depresi, penyalahgunaan obat terlarang, gangguan kecemasan, hingga keinginan bunuh diri.
Baca juga: 4 Faktor Risiko pada Remaja yang Bisa Terkena Borderline Personality Disorder
Jika kamu melihat terdapat gejala gangguan BPD ini pada keluarga atau temanmu, sebaiknya segera diskusikan dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Diskusi dengan dokter di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana saja. Saran dokter dapat kamu terima dengan praktis dengan download Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga!
Halodoc, Jakarta – Marah merupakan salah satu cara untuk meluapkan emosi negatif. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan meluapkan emosi melalui kemarahan, selama dilakukan dalam batas yang wajar. Namun hati-hati jika hal ini terlalu sering dilakukan, apalagi tanpa alasan yang tidak jelas. Suka marah-marah tanpa alasan yang jelas bisa menjadi salah satu tanda gangguan BPD, apa itu? Simak pembahasannya di bawah ini!
Sering marah-marah bisa menjadi gejala gangguan BPD (borderline personality disorder) atau gangguan kepribadian ambang. Kondisi ini merupakan gangguan mental yang ditandai dengan suasana hati serta citra diri yang sering berubah-ubah dan perilaku yang impulsif. Seseorang yang mengalami BPD memiliki cara pikir, cara pandang, serta perasaan yang berbeda dibanding orang lain pada umumnya.
Baca juga: Ini yang Terjadi pada Pengidap Borderline Personality Disorder
Kapan harus periksa ke dokter?
Bila Anda merasakan tanda dan gejala yang disebutkan di atas, terutama kesulitan dalam mengontrol rasa marah, jangan sungkan untuk berkonsultasi ke dokter.
Biasanya, Anda akan dirujuk untuk melakukan konseling dengan psikolog terlebih dulu.
Faktor-faktor risiko intermittent explosive disorder
Walaupun penyebabnya tidak diketahui secara pasti, peneliti menyebutkan bahwa kelompok berikut lebih berisiko mengalami gangguan ini.
Mengenal BPD dan Gejala Lainnya
Gangguan ini bisa menyebabkan pengidapnya mengalami penurunan kualitas hidup, Salah satunya dalam menjalin hubungan dalam keluarga, teman, dan lingkungan pekerjaan. Gangguan ini umumnya muncul pada periode menjelas usia dewasa. Dengan penanganan berupa psikoterapi dan pemberian obat, borderline personality disorder dapat diatasi seiring dengan bertambahnya usia.
Gejala gangguan kepribadian ini biasanya muncul pada usia remaja menjelang dewasa dan dapat bertahan hingga usia dewasa. Gejala yang muncul dapat berupa gejala yang ringan hingga berat. Gejala tersebut dapat digolongkan menjadi empat bagian, yaitui:
Namun, tidak semua pengidap BPD mengalami seluruh gejala tersebut. Sebagian hanya mengalami beberapa gejala. Tingkat keparahan, frekuensi, serta durasi terjadinya gejala bisa berbeda-beda pada setiap pengidap yang tergantung pada kondisi gangguan yang dialami.
Baca juga: Borderline Personality Disorder Bisa Sebabkan Mood Naik Turun
Sementara itu, penyebab pasti borderline personality disorder belum dapat diketahui dengan jelas. Beberapa faktor yang diduga dapat memicu terjadinya kondisi ini adalah:
Faktor-faktor di atas dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami BPD. Namun, bukan berarti seseorang pasti akan mengalami gangguan kepribadian BPD jika memiliki faktor risiko tersebut. BPD juga tidak mustahil dialami oleh seseorang yang tidak memiliki satu pun dari faktor risiko di atas.
Di samping itu, jika tidak mendapatkan pengobatan yang sesuai, pengidap borderline personality disorder (BPD) berisiko mengganggu berbagai aspek dalam kehidupan pengidap. Gangguan BPD bisa menyebabkan pengidapnya kesulitan dan mengalami hubungan sarat konflik, sehingga mengakibatkan stress, depresi, penyalahgunaan obat terlarang, gangguan kecemasan, hingga keinginan bunuh diri.
Baca juga: 4 Faktor Risiko pada Remaja yang Bisa Terkena Borderline Personality Disorder
Jika kamu melihat terdapat gejala gangguan BPD ini pada keluarga atau temanmu, sebaiknya segera diskusikan dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Diskusi dengan dokter di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana saja. Saran dokter dapat kamu terima dengan praktis dengan download Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga!